KENANGAN

KENANGAN

Tuan yang mulia
Pernahkah membaca puisi Sanusi Pane?
Judulnya ‘kenangan’
‘Search’  sahaja di internet tuan akan temui puisinya

Tuan yang budiman
Hari ini aku juga ingin mengarang
Jangan marah ya, karyaku juga berjudul ‘kenangan’
Kepada abangku jangan marah ya
Aku bukan meniru hasil karyamu

Tuan yang dihormati
Ceritanya begini
Di negeriku sewaktu aku masih bocah lagi
Sawah kebun itulah sumber  rezeki kami

Terbangun aku dari tidur kesiangan hari
Terdengar suara jiranku menjerit-jerit di tengah sawah
Dengan bahasa kerbau dan lembunya
Bunyinya begini “cha cha, nul-nul, heng”
Bunyi begini mereka saling memahami
Harus ke kanan, kiri, berhenti atau terus ke depan

Hujan sudah turun; bermakna musim menanam sudah tiba
Sang ibu dan si gadis sunti turun ke sawah
Merendamkan tubuhnya yang comel
Ke dalam air yang kekeruhan
Mencabut anak padi yang telah disemai
Dan lantas diikat dengan tali  rumbia menjadi unting

Tidak mengenal penat
Tidak hiraukan mentari menikam kulitnya yang putih
Pacat lintah adalah rutin permainan harian
Kekadang sawah sunyi menjadi riuh rendah
Ah! Rupanya lintah melekat di betismu yang cantik

Sang ayah datang memunggah unting
Dan di tanam di dalam sawah berair
Terus membongkok dan tekun sampai mentari condong

Musim menuai kembali lagi
Sawah sunyi kembali bak pesta
Sambil menuai riangnya kami
Riuh bunyi seruling hanya dari jerami padi
Anak-anak keriangan berkejar-kejaran
Terpancar wajah ayah keriangan padi menjadi
Malam nanti beras baharu menjadi berlaukkan ikan keli
Itulah hidangan kami nikmati


Tuan yang baik
Waktu petang hujan menderu
Pabila hujan serek gembiranya kami
Bersama berarak ke padang sawah yang kebasahan hujan
Bawalah kami sebiji botol
Bersama lidi atau ranting kayu yang kering
Kiri kanan depan belakang berlari anak mengejar belalang
Kuhentakkan ke tanah berjerami
Belalang kukejar kutebah sedang kesakitan
Lantas kumasukkan ke dalam botol
Ada namanya belalang Pok Ko, belalang Kuning, belalang Beras, belalang Kunyit
Dan aku lupa mengingatnya kembali
Tersenyum aku membawa habuan ke rumah

Di depan pintu
Kakakku tersenyum lebar
Ah! Adikku membawa lauk

Belalang di masuk ke dalam keluli
Atau dicucuk dengan lidi dan dibakar
Kakakku campurkan sedikit garam bersama kunyit
“Untuk menyedapkan rasa” katanya
Di atas dapur kulihat belalang kekejangan

Kakakku yang tidak pernah cerewet
Menghidang sepinggang nasi, budu,  dan bersama lauk  belalang
Bersila kami depan hidangan
Kami santap nasi malam itu bersama
Rezeki yang kucari sendiri.
Alhamdulilah perut kami kekenyangan
Membuat tidur kami penuh dengan mimpi.

Bera,

22. 7. 2016

Comments

Popular posts from this blog

Berbalas Pantun (3)

Mari Berbalas Pantun

Pantun Taubat