Hamba Berangkat Dahulu Bonda
Hamba Berangkat Dahulu Bonda
Aduhai bondaku tersayang
Inilah lambaian
tangan anakmu
Anakanda tinggalkan bonda
Tentu bonda dipanggil kerinduan lagi
Kita bertemu buat seketika tentunya
Ubat kerinduan ini belum habis kauminum
Belum selesai kita berbicara tentang kehidupan
Rupanya; anak-anakmu berangkat lagi
Tentu kaubertanya anak-anak di sampingmu
Kini tiada sudah di ribaanmu
Mereka sudah pergi jauh
Entah bersua kembali atau tidak
Umur bonda sudah di penghujung kehidupan
Pantasnya hamba di ribaan bonda
Apakan daya bonda; demi sesuap nasi anakanda berangkat jauh
Aduhai bonda kasihmu yang tidak pernah robek
Kasih anakanda tidak pernah terlepas
Curahan kasihmu tiada penghujung
Bundaku di penghujung usia
Sakitmu semakin menjadi
Nampak benar keuzuranmu di usia begini
Betapa payah untukkau suapkan nasi ke mulutmu
Apalagi untuk kaukunyah di mulutmu
Kekadang nasi yang kaukunyah tidak tertelan
Tanganmu sudah terketar-ketar
Seperti katamu “mata mek semakin kelam samar”
Kausudah hilang upaya bonda
Aduhai bonda
Nafasmu juga seakan terhenti
Sakit asmamu seakan menjerat lehermu
Batukmu juga payah mencari kesembuhan
Bondaku sayang; sayang dan kasihku tiada noktah
Sabarlah dalam menempuh hujung usia ini
Dalam kepayahan kaumenyambung sisa kehidupan
Terselubung hikmah tersembunyi
Kuatkan semangat juangmu menyambung hidup
Pun begitu bonda
Dalam kepayahan kaumasih bisa merangkak
Untuk berwuduk dan mencari sejadah
Untuk mengucapkan syukur kepada Ilahi
Dalam ketuaan ini kau masih tetap berjiwa hamba
Lantunan ayat-ayat suci masih bisa kedengaran
Dan zikirmu tidak pernah padam di kala kaukepayahan
Kerana kautahu nyawa yang ada akan dipanggil
Sebaris umurmu yang panjang ini
Bersama garis usia di wajahmu
Anakanda menimba semangat juangmu
Dalam usia kematian suami
Kaukuatkan langkah mengasuh anak-anakmu
Tidak pernah kaulontarkan erti kepayahan menjaga kami
Tapi, dalam dadamu itu kutahu kaumenyimpan memori
kesengsaraan
Kini, anakmu yang pernah kaupeluk sudah dewasa
Aku bersama bonda seumpama air mengalir tiada putus
sudah bisa membawa diri bagai terbang bebas sang burung
Aduhai bonda
Engkaulah ibu yang tidak pernah mengenal lelah
Dalam kepayahan kaukuatkan langkah
Di kala malam suram
Kuingat selalu wajahmu bonda
Doaku semoga kausentiasa sejahtera
Andai Tuhan mengizinkan kita bersua
waktu lain kita bisa bertemu kembali
maafkan anakanda; anakanda pamit dahulu
Waktu dinihari ini
Tika sang kelelawar belum pulang ke sarangnya
Embun jantan masih segar menitik di rerumput
terimalah lambaian kesedihan ini
Pasir Mas
6 Syawal 1431 H
10 Jun 2016
Comments
Post a Comment