Posts

Showing posts from January, 2015

INDONESIA MEMBILANG KEPERITAN

INDONESIA MEMBILANG KEPERITAN Tanah lungsur di Jawa Timur, Penduduk merintih menjerit ketakutan; Bencana melanda susah diukur, Warga di tempat siap persiapan. Gunung Gamalama di Pulau Maluku, Heboh warga sudah meletus; Hilang kerja ringanlah saku, Asap berselerak bumi hangus. Hujan mencurah di tanah Bandung, Warga resah rumah terendam; Pedagang merintih membilang untung, Banyaklah bersabar putaran alam. Puting beliung membelah kampung, Habis atap di rentap mudah; Banyak waspada waktu senang, Hidup ini tidak selalu indah. Petaka lumpur di tanah Bandung, Lumpur meruap serat alam; Warga resah kehabisan laung, Cepat bertindak baharukan azam. Kepada Allah mohon rahmat, Bencana datang cepatlah undur; Wang di saku belanjalah cermat, Jiwa selamat membilang mujur. Payakumbuh, Sumatera Barat 24 12 2014

DOA UNTUK KELANTAN; SEMOGA SEJAHTERA RAKYATMU

DOA UNTUK KELANTAN; SEMOGA SEJAHTERA RAKYATMU Tanah Serendah Sekebun Bunga, Sekali lagi engkau dimamah musibah; Banjir membadai tidak terduga, Siaplah kalian menyusun tabah. Hujan lebat datang mencurah, Serata alam buminya gelap; Segala rumah habis diratah, Malam gelap memakan malap. Sungai Kelantan melimpah tebing, Tercenggang warga menanti limpah; Bala datang seakan asing, Rupanya langit tidak selalu indah. Arus deras ombak menggelegak, Warga ketakutan kehabisan tanggis; Banjir datang cepatlah bertindak, Kelengkapan ada kerahlah habis.. Selamatkan jiwa masih bernyawa,] Sifat lalai membawa padah; Meneruskan hidup jangan kecewa, Kerdilnya insan hilangkan megah. Saudara sesama terlebih payah; Itulah penawar orang beriman; Azab diterima tidaklah mudah, Baru mengerti lemahnya insan. Doa dipohon selamatkan Kelantan, Rakyat diuji diombak musibah; Menanti sejahtera itulah harapan, Pautkan persaudaraan hilangkan gelabah. Payakumbuh, Sumatera Barat. 27 12 2014

Tsunami Aceh: Mengenang 10 tahun Aceh di Badai Tsunami

Tsunami Aceh ; Mengenang 10 Tahun Aceh di Badai Tsunami Ombak menggunung menghentam pantai, Manusia terpekik diamuk ketakutan; Nyawa bernafas sudah tergadai, Ombak bergelora hilang kasihan. Bangunn pohonan sudah tercabut, Apa yang ada jadi padang; Diri berlari kehabisan pecut, Apa terjadi sukar dibayang. Berserah diri pada Yang Esa, Apa terjadi itulah takdir; Inikah azab manusia berdosa? Manusia berakal samlah fikir. Teruslah hidup menukar gelombang, Saling menolong sesama kita; Dosa berselerak janganlah senang, Bala datang tidak terkata. Esak tanggis kehabisan suara, Air mata pilu sudahpun kering; kasih sesama kita bersaudara, Sama memberi janganlah asing. Apa terjadi jadikan pedoman, Tidak ketahuan bala bertandang; Seakan terpana segenap insan, Menadah bala sudah terhidang. Banyak bersabar terima cubaan, Hidup ini ada pasang surut; Sesama kita tebarkan ihsan, Perintah Tuhan samalah ikut. Tsunami Aceh dalam ingatan, Korban jiwa tidak terhitung; Sombong bongkak jadika

SMK Mengkarak; Suaraku di Tepian Paya

SMK Mengkarak; Suaraku di Tepian Paya Datanglah tuan bertandang ke daerah ini Di sini tempat mencelikkan akal Guru dan pelajar semudik sehiliran Memberi dan mencari sudah bertemu Akhir Desember arus deras datang menerjang Kami di sini hanya sempat memandang Rupanya datang di luar kotak pemikiran Membuat kami pilu tercenggang Tuan datang dan lihatlah sendiri Betapa kerdil seorang insan Untuk menolak takdir yang sudah berbicara Tuan buka pintu setiap kelas Tuan buka pintu makmal sains Tuan buka pintu asrama Tuan buka semuanya Tuan lihat sendiri kantinnya Dahulu tersusun indah nan rapi Kini lantainya dipenuhi lumpur Lipan ular jengking tumpang bersarang Buku-buku kebasahan Perabutnya berselerakan Alatan sekolah pecah berderai Baunya hanyir hapak meresap ke kepala Hanya layak diangkat ke lori sampah Ah tuan, Tidak sanggup rasanya aku di sini kelu lidahku untuk berkata Mari tuan Kita tadahkan tangan Kita bulatkan tekad Dengan niat bersih Kita bangunkan lagi taman ilmu ini Un

Konvoi Kemanusiaan

Konvoi Kemanusiaan Langit pekat di Pantai Timur Cuaca gelap serata alam Hujan mencurah air meluap Segenap sungai air melimpah Waktu cepat apa di depan diterjah Rumah dihanyut korban diragut Air kuning membawa keladak Mata berkelip hati mengiggil Apa yang tinggal hanya nyawa Rumah selesa dibawa arus Khemah kecil buat penginapan Makan kini terpaksa disuap Suara prihatin datang berduyung Mengingat musibah jarang sekali Satu negara sama simpati Mana yang ada sama menghulur Pantai Timur didatangi tamu Memberi sedikit mana terdaya Suara kemanusiaan menanggis pilu Telinga memanggil membuang gigil Teruslah menghulur ringgankan bantu Tenaga yang ada banyakkan sumbang Aliran fahaman bukan timbangan Bergabung tenaga ringgankan beban Konvoi datang betapa senang Musibah datang senasib sepenanggungan Nyawa yang ada terus bernafas Kepada Allah mohon kesyukuran Suara kemanusiaan masih bertakhta Sama prihatin menumpang sedih Eratkan persaudaraan buangkan sengketa Tautkan kembali bende